Seperti yang diketahui, bahwa sistem penanggalan Masehi mengambil start dari tanggal kelahiran Yesus. Bahkan, tahun sebelum Yesus lahir dinamakan Before Christ, Sebelum Yesus, atau lebih dikenal dengan singkatan B.C. Pada hari kelahiran Yesus itulah, tahun Masehi mulai ditetapkan dan berjalan.
Sepanjang pengetahuan penulis, pada penetapan ini terdapat kejanggalan. Ada keganjilan seputar penentuan tahun Masehi yang dipakai oleh kebanyakan orang di dunia ini. Pertama adalah
tidak adanya angka nol dalam siklus tahunnnya, yang mengakibatkan mundurnya tahun yang telah kita jalankan selama ini. Kedua adalah tanggal yang dibuat patokan dalam penentuan tahun baru, yaitu tanggal 1 Januari.
Persoalan pertama menyangkut siklus tahun Masehi adalah tidak adanya tahun nol (0) untuk memulai tahun tersebut. Dan seperti yang diktehui juga, bahwa tahun Masehi dihitung berdasarkan kelahiran Yesus, yang pada saat itu juga ditetapkan sebagai tahun 1 Masehi. Jika memang demikian, pertanyaannya adalah “Apakah pada waktu itu juga, Yesus yang baru lahir, sudah berumur 1 tahun?”. Bukankah ini aneh? Dapatkah kita menerima pernyataan bahwa bayi yang baru lahir langsung berumur 1 tahun?
Ada pendapat pro, yang masih ingin membela keabsahan tahun Masehi walaupun tanpa bilangan nol di dalamnya. Pernyataannya adalah “Bahwa pada tahun 1 sebelum Masehi, 1 SM, itu sama dengan tahun 0 Masehi. Jadi sebenarnya, tahun sekarang sudah sesuai dengan sistem hitung matematika”. Namun, jika kita umpamakan tahun Sebelum Masehi dengan bilangan negatif, sedangkan tahun Masehi dengan bilangan positif, kita akan menemukan keanehan.
2 SM
|
1 SM
|
Kelahiran Yesus
|
1 M
|
2 M
|
-2
|
-1
|
0
|
1
|
2
|
Seharusnya, dalam siklus tersebut pasti terdapat jeda antara kelahiran Yesus hingga ia berumur 1 tahun. Sangat tidak mungkin, jika orok yang baru lahir, langsung saja berumur 1 tahun, kecuali memang orang tuanya tidak pandai berhitung. Lebih lanjut, Charles Seife dalam “Biografi Angka Nol”, menjelaskan bahwa teori kekosongan dan kehampaan -dalam hal ini adalah angka nol- tidak sejalan dengan filsafat Barat, Materialisme, yang mengagungkan empiris.
Coba kita bermain-main dengan siklus Masehi ini. Kita ambil 2 kemungkinan, memakai angka nol dan tidak memakai angka nol.
1 SM
|
1 M
| |
-1
|
0
|
1
|
12 bulan 12 bulan
1 SM
|
1 M
|
-1
|
1
|
Ǿ
Karena tidak terdapat angka nol, maka tiap tahun berumur 6 bulan, jika masih merujuk pada sistem penghitungan matematika.
Keganjilan kedua terletak pada acuan start tahun Masehi, yaitu 1 Januari. Jika sebenarnya Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, yang dinamakan hari Natal, seharusnya tahun baru Masehi juga harus mengacu pada tanggal tersebut bukan 1 Januari.
Dalam perpustakaan digital terbesar di dunia, Wikipedia dijelaskan bahwa memang terdapat perseteruan tentang awal tahun Masehi. Ada yang berpendapat dimulai dari tanggal 25 Maret, yaitu pada hari inkarnasi Yesus. Dan ada juga yang mengambil start pada tanggal 25 Desember, yaitu pada hari lahir Yesus. Namun, mulainya tahun Masehi pada tanggal 1 Januari bukanlah mengikuti hari-hari besar Yesus, namun merujuk pada tahun Romawi.
Terlepas dari semua itu, dapat diambil kesimpulan, bahwa orang yang terlalu mengkultuskan yang berkeyakinan Yesus menjadi patokan tahun Masehi, telah dikibuli. Juga, kalau tahun Masehi tidak memakai angka nol, maka tahun depan belumlah tahun 2013, namun tahun 2012. Jadi, sebaiknya kita mulai melakukan persiapan secara matang. Karena mungkin saja, kiamat “sebenarnya” akan terjadi pada tahun depan.
Referensi: “Biografi Angka Nol” dan Wikipedia
source : http://sosbud.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Comment ya :) komenar anda sangat membangun